Layaknya dua sisi mata uang, sexting pun memiliki dampak postif dan negatif. Banyak dampak dari sexting, kabar buruknya, ada tiga risiko besar yang diakibatkan oleh sexting loh POPle… Apa saja? Cekidot guys!
Pertama adalah kecanduan
Sebagaimana halnya kecanduan narkoba hingga demam K-Pop, kecanduan sexting juga sulit dihentikan. Pelaku sexting kelas berat bisa jadi lebih menikmati aktivitas seksual melalui teks, foto maupun video daripada kegiatan bercinta itu sendiri. Parahnya lagi, mereka cenderung lebih menikmati ‘self service’. Oh, No!
Mari Mengulas Lebih Dalam Tentang Chat Seks
Kedua adalah kepercayaan
Resiko kedua menyangkut kepercayaan terhadap pasangan. Mungkin Anda terbiasa melakukan sexting dan merasa percaya diri bisa memuaskan pasangan hanya dengan mengandalkan jari jemari, gadget dan koneksi internet. Ketika bertemu muka, pasangan menagih hubungan seks yang penuh sensasi, seperti yang dibayangkannya saat sexting. Ketika imajinasi tak sejalan dengan kenyataan, maka dampaknya adalah timbul ketidakpercayaan yang mengancam keharmonisan.
Ketiga adalah kesehatan fisik
Satu hal lagi, frekuensi sexting yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Umumnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat kecanduan sexting berupa perubahan postur tubuh, gangguan tulang leher dan hyperkyphosis akibat sering membungkuk dan menekuk, hingga masalah pernafasan, nyeri tulang rusuk, bahkan meningkatnya risiko kegemukan atau obesitas hingga 30 persen.
Obesitas dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan metabolisme yang akan menggiring terjadinya serangan jantung. Selain itu, interaksi pria dan wanita yang terjadi saat sexting akan mengurangi aktivitas gerak tubuh. Ini sejalan dengan konsep dari internet yang hendak memudahkan kehidupan manusia tanpa banyak melakukan pergerakan.
Tips Kencan Ala Ilmuwan Ini, Mudahkan Anda Mendapatkan Hati Si Dia!
Imbasnya? Physical decline. Misalnya sakit kepala, mata lelah, bahkan penglihatan kabur, karena terlalu sering terpapar radiasi yang dipancarkan layar gadget Anda.
sexting memang mengasyikkan namun frekuensinya perlu diatur. Jangan sampai kegiatan ini justru mendominasi aktivitas ranjang yang sesungguhnya. Sebaiknya komunikasi langsung tetap jadi yang utama. Sebab sentuhan, intonasi suara, tatapan mata, dan kedekatan emosi, tak bisa digantikan begitu saja oleh sexting.