Seks bukanlah hal yang tabu. Lucunya, di Indonesia, ketika berurusan dengan jodoh dan seks, banyak orang yang kepo. Tapi giliran kalau ada KDRT, pada bilang urusan pribadi dan nggak diurus. Satu dekade yang lalu, muncul film bertajuk perempuan yang merupakan tamparan besar bagi sebagian pria Indonesia. Film itu berjudul “Perempuan Punya Cerita”.
Dalamnya, film ini menceritakan tentang 4 penggalan derita perempuan yang disebabkan oleh pria yang memanfaatkan berbagai macam cara untuk melakukan kekerasan dan penindasan, terutama melalui seks dan serangan fisik.
Jangan salah, seks itu tidak masalah asal konsensual. Begitu juga bila membela diri secara fisik. Tapi 4 penggalan cerita ini sungguh membuat pilu. Apa saja cerita mereka?
1. Cerita Pulau
Cerita pulau mengisahkan Wulan yang berspektrum autisme diperkosa oleh pemuda kampung yang berhubungan dengan aparat pulau setempat. Setelah membuntingi, ia malah menyombongkan kepada teman-temannya. Walau digebuk paman Wulan dan disuruh minta maaf, dengan koneksinya ia cuma membayar sejumlah uang aborsi, dan kemudian pergi sambil ketawa-tawa, kebal dari hukum. Terdengar familiar?
2. Cerita Yogyakarta
Bercerita tentang wartawan yang menguak pergaulan seks remaja Yogyakarta. Di sini, ditampilkan bahwa banyak anak perempuan muda yang sering digilir oleh teman-temannya, dan sudah biasa keluar masuk klinik aborsi. Bahkan, untuk menentukan siapa calon suami dilakukan dengan lotere. Penggagahan dianggap sebagai lomba, wanita itu tropi, dan yang akhirnya menikahi yang kalah. Ini nggak cuma fiksi loh!
3. Cerita Cibinong
Cukup mencerminkan yang umumnya terjadi di daerah-daerah kecil. Perempuan yang diiming-iming untuk menjadi artis di kota besar biasanya harus mau melakukan apa yang dituntut laki-laki. Apalagi kalau ada DP yang diberikan. Di sini, Cicih rela menjual anak perempuan temannya yang masih SMP, si Maesoh, demi kesempatan menjadi artis dangdut di Jakarta. Iming-iming hanya impian belaka, Maesoh yang dicabuli akhirnya jadi istri muda pengusaha Taiwan, dan Cicih tetap tidak bisa keluar dari Cibinong.
4. Cerita Jakarta
Berbeda dengan cerita lain. Di sini yang dikisahkan adalah intoleransi laki-laki. Belinda merupakan anak dari seornag pengidap HIV, Laksmi. Ibu anak ini terpaksa melalang buana karena ‘diburu’ kakeknya yang ingin menjauhkan sang cucu dari Ibu ‘kotor’nya. Di lain sisi, kakak ipar Laksmi enggan menerimanya di rumah juga karena penyakitnya. Akhirnya, Laksmi terpaksa merelakan kepergian putrinya ke rumah sang kakek di Banten, dan hidup sendirian sebatang kara di Jakarta.
Tentu tidak semua pria seperti itu. Tentu ada juga yang baik. Namun, bila kita sadar bahwa ada hal serupa yang terjadi dan tidak intervensi, maka kita tidak jauh-jauh dari sifat buruk tersebut. Cerita-cerita di atas hanyalah merupakan contoh kecil yang sebetulnya merefleksikan kejadian sebenarnya di Indonesia.
Lelaki boleh nakal, tapi menghormati martabat perempuan merupakan prinsip utama kemanusiaan yang perlu dipegang erat.