Mengenal Pink Film, Film Laga Erotis A la Jepang

0
50
pink film

POPle, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah film biru atau dalam bahasa inggris blue film. Kategori film yang menampilkan erotisme serta adegan – adegan seksual, yang saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia (pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat kedua akses video porno melalui ponsel setelah Turki). Aneh juga, padahal di Indonesia, konten yang berisikan adegan seksual atau hanya sekadar menampakan seseorang tanpa busana dianggap tabu.

Akan tetapi pada artikel kali ini kita tidak membahas film biru atau kebiasaan masyarakat Indonesia. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai Pink film, sebuah tayangan sensual dan erotis yang menyajikan nuditas dalam budaya teaterikal Jepang. Film pink mencakup berbagai genre mulai dari drama, film laga, bahkan thriller yang dimana terdapat banyak adegan seksual.

Pink film memperoleh puncak popularitasnya pada pertengahan tahun 1960-an, bahkan film pink sempat mendominasi bioskop – bioskop Jepang hingga tahun 1980-an. Hingga tahun 60an, film pink hanya diproduksi oleh studio independen dan berukuran kecil, karena pada awalnya tidak banyak yang menikmati film bergenre seperti ini di Jepang.

Pada awal tahun 1970, sebuah studio besar Nikkatsu memfokuskan produksi film bergenre erotis secara eksklusif. Di sisi lain, studio besar Toei memulai produksi film yang dikenal dengan genre Pinky Violence film. Dengan kemudahan akses dan pendanaan yang mereka miliki, mereka mampu menciptakan film yang lebih baik dimana pemeran terkenal dan berbakat serta proses produksi yang maksimal, sehingga film bergenre pink menjadi populer dalam skala nasional.

Meskipun kehadiran Japanese Adult Video mencuri banyak audiens loyal dari Pink film, film bergenre ini tetap diproduksi hingga saat ini.

Berbeda dengan film porno a la Barat, film pink mampu menghadirkan emosi para penontonnya melalui banyak adegan selain menampilkan bagian kemaluan dari pemerannya, dan jalan cerita yang kompleks serta menantang para penontonnya untuk berpikir kritis.

 

Beberapa ahli merumuskan elemen – elemen mendasar dari pink film antara lain:

  • Memiliki batasan jumlah adegan seksual
  • Berdurasi kurang lebih satu jam
  • Diambil menggunakan lensa kamera 16 mm atau 35 mm dalam waktu satu minggu
  • Harus dibuat dengan pendanaan yang terbatas

 

(Visited 4,566 times, 1 visits today)