Sindrom baby bluesbisa menghampiri wanita manapun yang baru menimang buah hati. Luapan emosi yang entah dari mana datangnya itu pun dirasakan oleh Mommy Missy Melita dari Babyologist. Simak pengalamannya berikut ini.
Pastinya istilah Baby Blues sudah tidak asing lagi ya. Kebanyakan ibu sulit percaya mereka terkena baby blues sampai mereka benar-benar sadar sudah terkena baby blues, atau beruntungnya ketika mereka sudah melewatinya. Sebenarnya berbahayakah baby blues itu? Bisa jadi, kalau kita tidak sadar dan menganggap remeh.
Sewaktu menemani anak saya yang berusia 2-3 minggu untuk tidur siang sehabis menyusui, tiba-tiba saya menangis sesenggukan tanpa sebab. Rasanya sedih sekali sampai saya harus keluar kamar. Bahkan ketika saya sudah selesai menangis, saya mencoba mengingat-ingat kenapa saya menangis, dan saya tidak tahu alasannya. Hal ini berulang terus sampai kira-kira 2 minggu kemudian, umumnya terjadi waktu saya sendiri, misalnya sebelum tidur. Saya baru sadar, jangan-jangan saya terkena Baby Blues. So, bagaimana kita bisa mengatasi Baby Blues?
Penting, Ini 5 Ragam Fobia Seksual yang Perlu Kalian Ketahui!
Cara Mengatasi Baby Blues
Menerima dan mengakui dengan ikhlas penerimaan itu penting bagaimana kita bisa mengatasi sesuatu kalau kita menolak untuk percaya? Hidup kita mendadak berubah dalam satu waktu, tiba-tiba rutinitas berubah. Yang tadinya kita bebas melakukan apa saja, sekarang kita harus memikirkan anak yang kelangsungan hidupnya bergantung pada kita. Walaupun sudah mempersiapkan diri selama 9 bulan, tetapi ternyata kita masih belum siap, dan ekspektasi bisa berbeda dari realitas. Tidak apa-apa, akui saja dalam diri, “Okay, ini mungkin Baby Blues. Let’s find a solution.” Ini adalah awal mula yang baik. Jangan anggap remeh, dan jangan sekadar berpikir bahwa ini berlebihan.
Tetap Jadi Diri Sendiri
Anak adalah segalanya bagi kita, tapi mereka bukan satu-satunya hal di muka bumi ini. Kita masih punya orang lain dan hal lain untuk diurus, dan lebih lagi, kita masih punya diri sendiri untuk diurus. Status berubah, tapi kita tetap diri kita sendiri. Saya kerap mengingatkan diri saya sendiri, “You are now a mom, but you are still you. You can still do things you love. Nothing changes.”
Hanya karena kita seorang ibu, bukan berarti 24 jam kita harus menjadi seorang ibu dan hanya melakukan hal-hal yang terkait dengan motherhood. Kita bisa minta tolong suami atau orang tua untuk menggantikan peran kita sebentar, dan kita bisa mencari waktu untuk diri kita sendiri. Karena saya seorang introvert, sampai saat ini saya masih menyempatkan waktu untuk menyendiri, sekadar recharge energi, dan ketika saya merasa content dan happy, saya sangat gembira menjalani hari dengan anak dan suami.
Tahu Batasan dan Prioritas
Tidak ada ibu yang tidak hebat. Memutuskan untuk hamil dan melahirkan saja sudah hebat, karena tidak ada yang bisa melakukan itu kecuali seorang ibu. Maka, bukan berarti jika kita tidak mampu mengerjakan semua hal, lantas kita kalah dengan ibu lainnya yang bisa mengerjakan semuanya sendirian. “Mereka bisa, masa saya tidak?” Menurut saya, ini keliru. Setiap orang ada batasan dan prioritas masing-masing.
Tidak perlu berlomba, masing-masing ibu punya perjuangan sendiri. Jika memang tidak bisa mengurus rumah dan anak dalam satu tangan, jangan lampaui batasan itu dan berakhir dengan menjadi temperamental kepada semua orang, termasuk anak dan suami sendiri. Jangan sakiti diri sendiri, jangan menciptakan masalah besar hanya karena kita tidak mau menyelesaikan masalah kecil. Meminta bantuan itu sah-sah saja.
Ikuti Kata Hati
Semua orang bisa berpendapat. Tapi tidak berarti hanya karena seseorang pernah menjadi seorang ibu, lantas dia mengetahui betul perjuangan ibu lainnya. So, kita bisa mendengar dan menerima pendapat orang, tetapi jangan lupakan kata hati kita sendiri. You know yourself and your child best. Kalau tidak mau melakukan suatu hal karena ada alasan tertentu, selama alasan tersebut logis dan untuk kebaikan semuanya, pertahankan. Tapi jika ragu, berdiskusi dan bertanyalah, sehingga kita juga tidak gegabah dan salah langkah dalam memutuskan sesuatu.
Maafkan Diri Sendiri
Semua ibu pernah menjadi ibu pertama kalinya. Bayi belajar, ibu juga belajar. Contoh, saya pernah lupa menyendawakan anak sehabis menyusui, karena saat itu tengah malam dan saya sudah terlalu mengantuk. Akhirnya dia tersedak dan sedikit muntah. Saya langsung merasa bodoh dan bersalah. Saya minta maaf terus-terusan kepada anak saya, tetapi kemudian saya juga mencoba menenangkan diri dan memaafkan diri saya sendiri. Saya salah, dan saya akan belajar. It’s okay to make mistakes, a mom is a human! After all, baby blues itu bisa terjadi karena kita tidak siap untuk berubah dan menerima perubahan secara mendadak. Dengan menyiapkan hati, serta tetap “memprioritaskan” diri sendiri, kita akan bisa menerima dengan gembira perubahan yang terjadi dan menikmati dengan sungguh-sungguh perjalanan ini. Stay happy, Moms!