Punya banyak wanita di sekelilingnya lantas seorang pria disebut ‘Playboy’? Tapi apa yang mendorongnya jadi playboy?
Meski sering disebut-sebut musuh bagi para wanita. Namun, eksistensi seorang playboy seringkali punya magnet tersendiri untuk didekati wanita. Itu juga yang bikin banyak pria terobsesi dan berusaha jadi playboy… meski ya, kadang modalnya pas-pasan (baca: cuma modal gombal dan gaya pentantang-pententeng saja!)
Alasan lainnya mungkin pria tersebut dulu mungkin terlalu sering nonton film “Don Juan DeMarco”, yang diperankan Johnny Deep. Atau juga cerita tentang seorang penulis kenamaan Italia Giacomo Casanova.
Itu makin dikuatkan dengan sosok James Bond yang mudah dapat wanita atau Austin Powers, detektif parodi 007, yang juga laris-manis menggoda wanita meski norak! Hahaha …
Dari sederet film tadi memang cukup menginspirasi pria terobsesi jadi playboy.
Dari salah satu kutipan Casanova cukup dirasa fenomenal. Kutipan tersebut berbunyi, “Pernikahan adalah sebuah kuburan bagi cinta sejati”. Dalem nih…
Tapi apa sebenarnya alasan di balik tiap pria ingin jadi playboy?
Bisa jadi sederet alasan ini yang paling standar:
#1 Punya Segalanya
Punya segalanya rentan terhadap berbagai godaan memang benar! Seperti istilah ‘Saat berada di puncak banyak angin yang siap menerpa’. Bergelimangan harta memang punya potensi besar menarik perhatian wanita.
Siapa coba wanita yang tak ingin terjamin kebutuhan materialnya?
Kondisi inilah yang dimanfaatkan pria untuk jadi playboy. Punya segalanya tentunya tak sulit untuk dapatkan perhatian banyak wanita. Sehingga muncul pemikiran ‘Untuk apa hanya bertahan kepada satu orang wanita?’
Cowok Pelit dan Irit itu Beda! Buktikan Aja Disini Kalau Nggak Percaya!
#2 Tak Ingin Repot
Rasanya tak mungkin bisa dekati banyak wanita jika punya komitmen ke satu hubungan khusus saja. Komitmen memang tak pernah terpampang pada kamus besar pria playboy.
Karena itu sama saja merampas kebebasan mereka!
Alasan besar di balik tak ingin punya komitmen adalah tak ingin repot. Punya sebuah hubungan komitmen jelas hanya akan merepotkan. Mau tak mau, tak akan ada lagi istilah keinginan diri sendiri. Ego pun harus mampu dipangkas seminim mungkin. Terbayangkan seperti apa repotnya?
#3 Cari ‘Reputasi’
Adu gengsi antar pria memang kerap terjadi. Permasalahannya tak jauh dari perebutan predikat siapa yang ‘paling dianggap lebih pria’. Terdengar konyol tapi nyata!
Kesan pria yang harusnya lebih menonjolkan rasa tanggung jawab pun akhirnya kemudian melebar. Gelar pria lalu beralih jadi sosok yang selalu mampu menaklukan wanita. Sehingga gelar playboy pun sering jadi mahkota kebanggan tersendiri di antara sesama pria.
Siapa yang paling hebat jadi playboy, kemudian akan dianggap lebih pria.
#4 Pernah Sakit Hati
Yang ini lebih berbeda dan memang terasa lebih personal. Sebuah pengalaman pahit selalu bisa diambil jadi pelajaran. Tapi, apakah yang diambil itu adalah pelajaran baik atau buruk, balik ke individunya masing-masing.
Banyak pria yang pernah kecewa mendalam karena cinta, lalu memutuskan tutup hati. Dari sanalah biasanya enggan pakai hati untuk urusan cinta. Tanpa hati, pria bisa berlabuh ke banyak wanita dan dengan demikian makin komplit syarat yang terpenuhi untuk menjadi seorang playboy.
#5 Belum dapatkan Cinta Sejati
Playboy memang sangat identik dengan kepiawaian memainkan hati. Banyak wanita tak berdaya hingga takluk. Alasan paling bisa diterima dari setiap petualangannya yang selalu bermain-main dengan perasaan cinta adalah karena memang dirinya tak punya cinta sejati.
Tak sedikit kemudian sang penakluk ini kemudian berjulukan ‘Playboy Tobat’. Biasanya julukan itu datang bersamaan dengan hadirnya sosok pendamping yang berhasil mencuri hatinya.
Apakah POPle adalah playboy tobat?