Ternyata Ini 5 Penyebab Utama Perceraian Menurut Sains!

0
3
Ternyata Ini 5 Penyebab Utama Perceraian Menurut Sains!

Sudah tidak cinta lagi, tidak ada kecocokan lagi, ada orang ketiga, adalah beberapa faktor yang sering menjadi penyebab perceraian. Namun menurut penelitian, inilah 5 penyebab utama runtuhnya mahligai pernikahan!

 

Begitu banyak sekali alasan yang bisa membuat pasangan suami istri untuk mengakhiri pernikahannya, dan akhir-akhir ini semakin banyak orang yang memutuskan bercerai daripada mempertahankan pernikahan. Nah, berikut ini adalah lima penyebab utama mengapa banyak pasangan cerai menurut para peneliti..

perceraian

1. Suami Tak Bekerja

Sebuah penelitian Harvard di tahun 2016 menemukan bahwa suami yang gak bekerja memiliki risiko perceraian lebih tinggi dari kondisi ekonomi keluarga yang di bawah rata-rata.

2. Menikah di Usia 32 Tahun ke Atas

Menurut penelitian Nicholas Wolfinger, setelah usia 32 tahun, jika menikah, risiko perceraian meningkat 5% setiap tahunnya. Selain itu makin besar jarak usia di antara pasangan, makin tinggi pula risiko perceraiannya.

Barcelona Datangkan Kevin Prince Boateng Untuk Melapis Lini Penyerang

3. Terlalu Mesra Saat Jadi Pengantin Baru

Psikologis Ted Huston mengungkapkan bahwa pasangan yang terlalu menunjukkan kemesraan mereka saat pengantin baru justru bercerai setelah menikah selama 7 tahun atau lebih. hasil tersebut didapatkan Huston usai melakukan penelitian pada 168 pasangan selama 13 tahun.

4. Tidak Lulus Sekolah

Sebuah survei jangka panjang yang dilakukan sejak 1979 (the National Longitudinal Survey of Youth), menyebut bahwa kemungkinan perceraian pada pasangan yang memiliki pendidikan tinggi 30% lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak lulus SMA.

Bikin Semangat, Ini 3 Petenis Cantik yang Ikut di Ajang Australia Open 2019

5. Faktor Genetik

Sebuah penelitian di Swedia menyatakan bahwa faktor genetik bisa jadi penyebab perceraian. Hal ini dibuktikan dengan berbagai fakta di lapangan yang menyatakan bahwa anak-anak dari orangtua yang bercerai lebih berisiko untuk mengalami hal yang sama dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dari keluarga yang utuh.

(Visited 462 times, 1 visits today)