POPle, pernahkah kamu menyaksikan seorang rekan yang tiba – tiba menangis saat sedang mabuk alkohol? Seharusnya alkohol menjadi salah satu pelarian dari segala kepenatan pikiran, akan tetapi mereka malah semakin bersedih gara – gara menenggak alkohol. Ternyata, jenis alkohol yang berbeda menghadirkan kondisi mental yang berbeda pada setiap orang, begitu kata mereka yang hobi dan mengonsumsi alcohol secara rutin.
Di antara para peminum, ada sebuah kepercayaan menyatakan demikian, bahwa perbedaan minuman alkohol mengantarkan orang yang mengonsumsinya pada kondisi kemabukan yang berbeda.
Ada yang mengaku bahwa ketika mereka mengonsumsi tequila, mereka menjadi lebih liar dan percaya diri. Ketika mengonsumsi wine merah, seseorang menjadi sedih karena teringat kisah kasihnya dan kembali menghubungi mantannya. Bahkan lebih parah lagi, ada yang memulai perkelahian di diskotik gara – gara menenggak whiskey.
Paradigma seperti ini tidaklah benar secara ilmiah. Para peneliti belum menemukan perbedaan yang berarti dari tiap – tiap jenis minuman, dalam konteks mempengaruhi mood. Rasanya memang berbeda, kadar alkohol yang dikandung juga berbeda, namun untuk ketika membahas perilaku saat mabuk karena minuman beralkohol, semuanya terjadi karena apa yang kita pikirkan di saat itu.
Dalam sebuah penelitian ilmiah, para peneliti menyuntikan berbagai jenis minuman beralkohol yang berbeda pada tikus laboratorium, dan setiap minuman yang disuntikan memiliki kadar alkohol yang sama. Setiap tikus menjadi mabuk seperti manusia, akan tetapi tidak ada tikus yang bertingkah berbeda dari satu sama lainnya.
Penelitian lain menemukan, ada atau tidaknya jejak kimia yang disebut congeners, yang ada pada beberapa jenis minuman. Congeners dipercaya sebagai penyebab kondisi mood saat mabuk.
Orang – orang yang diberikan vodka atau bourbon yang memiliki kadar congeners yang sama. Bourbon membuat orang – orang yang mengonsumsinya lebih mabuk, akan tetapi para peneliti telah meningkatkan kadar dari congeners.
Dalam satu eksperimen lain, para responden diberikan bourbon atau vodka dan tinggal dalam sebuah laboratorium selama 9 hari. Peneliti mendapatkan bahwa mereka yang mengonsumsi minuman beralkohol ini mengalami peningkatan kecemasan, kekerasan, dan depresi. Namun tidak ada perbedaan perilaku antara peminum bourbon atau vodka.
Dipercaya mereka menjadi marah dan tidak terkendali karena harus tinggal di dalam laboratorium selama 9 hari. Akan tetapi bukan karena alkohol yang mereka minum.