3 Album Pendobrak Rutinitas

0
6

Kalau Anda sebelumnya berfikir mood kerja akan terbangun ketika mendengarkan satu genre musik, cobalah hal beda. Atas nama rutinitas Senin yang harus selalu Anda ingin taklukan. Lalu mengapa tidak memberikan formula berbeda di sisa Senin ini?

Kalau selama ini hanya bergantung menikmati satu buah genre musik. Tak ada salahnya kini mencoba mendengarkan bebunyian mantap dari tiga album beda variasi genre. Ada Ed Sheeran yang menerobos deretan bebunyian album tahun ini dengan album keduanya, X. Sia yang menghentak dengan elektronika-pop-dance-rock-nya. Lalu tentu, Slipknot yang kembali bangkit dari kubur untuk kesekian kalinya. Semuanya mampu bikin Senin ini jadi hari yang ‘I Hate Monday’ ini jadi gegap-gempita!

 

Album : 1000 Forms of Fear

Artis: Sia

Modal Sia memang mantap: jago nulis lagu plus punya karakter suara seperti Rihanna. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuat publik punya alasan mendengar musiknya! Mengalirlah Burn the Pages yang benar-benar tipikal hentakan musik cewek asal Karibia berpanggilan Riri tersebut.

Sebelumnya memang ada Chandelier yang sudah pasaran ramai di lantai dansa semua klab dunia. Lalu ada Elastic Heart yang juga jadi materi ramai soundtrack Hunger Games: Catching Fire. Semuanya memang berpolesan musik elektronik. Lalu apa bedanya dengan Rihanna?

Eksplorasi, jawabnya. Vokal Sia juga bisa masuk ke elemen musik rock atau lebih tepatnya ke varian musik independen yang full band. Hostage jadi buktinya. Vokal Sia begitu menyatu dengan asyik. Straight for the Knife pun terasa begitu Coldplay – meski bukan versi full band. Kurang apalagi?   

 

Album : X

Artis    : Ed Sheeran

Selepas album perdananya yang unik dan merangsek, Ed diberi eksplorasi bebunyian. Alhasil, album keduanya punya amunisi luar biasa: 17 lagu! Memang sih, itu termasuk lagu-lagu singelnya dari berbagai soundtrack, seperti I See Fire dari The Hobbit: The Desolation of Smaug plus All of the Stars dari The Fault in Our Stars.

Benarkah masih bergigi? Ada I’m A Mess yang uptempo, sama halnya dengan Sing yang merangsek duluan sebagai singel perdana. Lalu ada Don’t yang berupa hymne akustik asyik. Thinking Out Loud pun terasa hening dan manis. Berhasil? Lebih tepatnya: Ed jadi lebih komersil. Komersil berarti enak di kuping. Enak di kuping berarti mainstream.    

Entah kenapa, justru album kedua Ed ini lebih bergigi di lagu-lagu yang belum dirilis sebagai singel. Seperti Photograph yang sunyi dengan petikan gitar, lalu Runaway yang funky tapi mewah, Shirtsleeves yang mengingatkan akan aroma album pertamanya, atau ada Tenerife Sea yang romantis tanpa harus jadi gombal. Ed rules!

 

Album : .5: The Gray Chapter

Artis    : Slipknot

Atmosfir cuaca dingin menjelang Desember seperti ini memang harus dipanaskan agar tak ‘mati kedinginan’. Mungkin itu jadi salah satu sebab kenapa grup metal asal Iowa ini muncul kembali setelah tiga kali hiatus.

Gray memang terdengar sama gelapnya dengan album-album sebelumnya. meski Corey Taylor, sang vokalis menggambarkan kalau album ini lebih gelap.

The Negative One, singel debut mereka, memang menjelaskan hal tersebut. Singel ini termasuk bersejarah, karena jadi lagu pertama mereka setelah ‘hilang’ selama enam tahun. Videoklipnya dirilis awal Agustus lalu dan ya, memang menggedor-gedor bak keriuhan penuh amarah.   

Bebunyian lain tetap sangar. Seperti Sarcastrophe yang punya hentakan mirip dengan singel tadi. The Devil in I jadi singel yang dirilis di radio-radio. Melodinya lebih bersahabat meski tetap memburu telinga dengan deru gitar dan melodi yang kuat. Sangar untuk Senin!

 

(Visited 81 times, 1 visits today)