Saatnya Selonjoran dengan 3 Album Ini!

0
2

“Music is … a higher revelation than all Wisdom and Philosophy,” kata Ludwig van Beethoven. Bisa jadi lebih bijak dan lebih mengerti arti kehidupan begitu telinga mendengarkan musik. Well, pada dasarnya bukan musiknya tetapi lebih ke liriknya. Untuk itu tiga album ini menyajikan itu semua. Senang-santai dengan reggae Magic!, bergaul elegan dengan eks peraung cinta Christina Perri dan belajar menumpahkan kesedihan ala The Black Keys. Kurang?

 

Magic!

Album : Don’t Kill the Magic

Label   : Sony Music

‘Rude’ memang bikin kaget semua telinga penikmat musik. Bagaimana tak mengagetkan, ditengah gempuran pop renyah dari Taylor Swift, lengkingan seksi Ariana Grande dan goyangan mantap Meghan Trainor, tiba-tiba saja empat pria asal Kanada ini merangsek ke posisi nomor satu tangga lagu Billboard! Reggae memang sudah lama tak menyapa telinga dengan ramah …

Magic! mahir mencampur bebunyian reggae dengan rock. Meski tak terlalu kental rock, itu termasuk segar saat muncul dalam gubahan ‘No Evil’. Lalu racikan ‘Let Your Hair Down’ yang berirama medium jadi terasa melankolis. Nasri, sang vokalis, memang punya cengkok mellow. ‘Don’t Kill the Magic’ yang jadi lagu andalan, meski bertempo cepat dan cenderung hardrock, membuktikan hal itu.

 

The Black Keys

Album: Turn Blue

Label: Warner Music

Nyaris keseluruhan album ini memang dilukis bersih dengan lirik mellow pengaruh dari  perceraian sang vokalis-gitaris, Dan Auerbach dari istrinya. Bedanya dengan Coldplay, The Black Keys masih bisa melukis lirik nomor-nomor yang upbeat. Tak heran jika tampilan sampulnya yang berwarna biru dan merah muda!

Kuas melankolis itu sendiri hadir begitu berat via ‘Waiting on Words’ yang begitu tertatih-tatih untuk mencapai melodi akhir dari keseluruhan durasi lagu. Persis nomor pembuka, ‘Weight of Love’ habis tujuh menit untuk bicara tentang sakit hati dan kesendirian. Tapi tenang, masih ada sederet nomor ceria, seperti ‘Fever’, ‘Year in Review’, ‘It’s Up To You Now’, dan ‘Gotta Get Away’.

 

CHRISTINA PERRI

Album: Head or Heart

Label: Universal Music

Berubah rupa jadi solois bersosok bak diva, Christina terlihat seperti feminis yang ingin tetap tampil tanpa harus kelihatan murahan dan berantakan. Itu yang tersirat dari album keduanya ini. Tapi bukankah musik Christina cenderung cengeng yang sangat kering dan lebih cocok sebagai guilty-pleasure belaka?

Itu kesan dari Lovestrong, album pertamanya. Perubahan Christina terasa via ‘Trust’, ‘ Burning Gold’ dan makin digaris-bawahi via ‘I Don’t Wanna Break yang mengokohkan sosok Christina sekarang. ‘One Night’ yang terasa melankolis pun tak cengeng di telinga. Sama juga dengan ‘ Sea of Lovers’ yang ditingkahi denting piano dan gitar, Christina tak terdengar jatuh cengeng.  So, lupakan dirinya yang mellow itu …  

(Visited 80 times, 1 visits today)