Semua pemakai iPhone 4 dan semua varian iPhone semasa Steve Jobs bolehlah tetap bangga dan sentimentil. Apalagi kalau bukan karena varian iPhone tersebut muncul pas otak cerdas Apple masih eksis. Alhasil, sulit dilupa saat Jobs mempresentasikannya!
Well, kita memang tak akan pernah jadi Steve Jobs, tapi kita bisa mengambil input dari sosoknya. Demikian Eric Jackson dari Forbes.
Misalnya?
#1 Acuhkan ‘badut’
Jobs punya detektor apakah orang-orang yang ada di perusahannya itu ‘badut’ atau bukan. Badut dalam artian orang tersebut asal bunyi dan ‘penggembira’ tanpa bisa memberikan solusi ampuh atau prestasi kerja yang kelihatan. Ah, pastinya bukan si seksi dengan rok mini itu …Ups!
#2 Tempatkan diri di kondisi orang lain
Kehebatan Apple sebagai perusahaan teknologi adalah mereka punya mimpi dan mimpi tersebut jadi kenyataan sebelum perusahaan lain mengalaminya. Itulah kenapa saat orang merasakan sensasi memakai produk Apple, seolah-olah itu adalah hal yang terasa familiar. Itulah empati. Melihat dunia bukan karena apa yang terlihat tapi melihat apa yang seharusnya terjadi di dunia.
Steve Jobs memang sosok yang unik. Itu yang bikin dirinya inspiratif. Simak saja 7 Quote Steve Jobs yang tak bisa dilupa ini!
#3 Jangan kalahkan tapi ubah ‘cara bermain’
Apa yang Apple lakukan tiga bulan sebelum tenggat waktu peluncuran iPhone 10 tahun lalu? Mereka tak main di arena bermain umum. Jika Napster membuat lagu-lagu jadi gratis, Apple justru menciptakan the next Walkman alias iPod yang memaksa orang untuk membayar demi mendengarkan musik! Jangan hanya ingin menang berkompetisi, berpikir beda untuk ciptakan arena permainan baru itu wajib!
#4 Jangan macam-macam dengan kesehatan
Sederet ide bisnis bolehlah bermunculan saat bicara seputar Apple dan Steve Jobs, tapi jangan melewatkan pelajaran penting dari dunia buah apel termakan itu: jangan pernah remehkan kondisi kesehatan! Ya, begitu dideteksi medis kalau kondisinya harus mengambil serangkaian solusi, Jobs malah mengabaikan dan menjalani pengobatan alternatif yang justru tak membuat kondisinya membaik. Begitu Jobs ingin melakukan apa yang direkomen dokter, semuanya terlambat.
#5 Bukan paket saja, tapi presentasinya juga
Ini poin yang jadi ciri Apple. Presentasi yang diramu Jobs khas dan jadi mitos. Para pengkritik Apple tak mau gara-gara poin tersebut Apple justru mendapat perhatian hebat dari publik. Jobs tahu itu dan ia melakukan gaya presentasi yang khusus dan asyik. Sampai-sampai Jobs diklaim punya mantra shaman yang bisa bikin kemonotonan presentasi justru bisa membuka mata orang kalau produk Apple lebih baik dari yang lain!
Satu yang tak bisa dilupa adalah gaya Steve Jobs, apalagi kalau bukan sosoknya yang seolah tak pernah absen memakai long-sleeve turtleneck warna hitam. Simak juga inspirasi 5 Jurus Ber-Turtleneck Ini!
#6 Anda tak bisa lakukan sendiri!
Makin kesininya, Jobs makin bisa me-manage orang. Setidaknya itu yang terlihat dan dirasa para eks rekanannya. Jobs memang masih bisa mengendus pegawainya yang tak berprestasi, tapi emosi dirinya makin berkurang dibanding beberapa tahun sebelumnya. Akhirnya ia sadar kalau dirinya tak bisa sendiri melakukan segala sesuatunya – apalagi jika ingin kinerja berhasil dalam skala besar! Intinya: para bawahan bisa jadi bertalenta hebat tapi bukan berarti bisa jadi boneka demi mencapai kehendak Anda sendiri.
#7 Steve Jobs mencintai semua yang ada dalam hidupnya: perusahannya, semua karyawannya dan produk-produknya.
Ya, memang benar Jobs jadi milyuner setelah Apple bangkit dari kebangkrutan. Tapi lihat, Jobs tak lakukan hal-hal lain. Apple benar-benar jadi hidupnya meski ia sempat dipecat dari perusahaannya tersebut. Kita semua memang pernah punya pekerjaan yang buruk di satu titik dalam hidup, pertanyaannya: apakah Anda benar-benar ada di pekerjaan yang tepat? Apakah ini perusahaan yang benar? Apakah pekerjaan yang dilakukan benar-benar memenuhi rasa pribadi dan karier ke depannya? Jika tidak, cepat ubah karena Anda bukan vampir yang bisa hidup selamanya.
Sekali lagi, kita memang bukan Steve Jobs tapi tak berarti bisa bikin hidup jadi berisi, bukan? Dada sekretaris si bos saja berisi, masak … Eh!