Memasuki hari terakhirnya, Sabtu 24 Agustus namun tetap saja antusiasme masyarakat masih tinggi. Semakin Istimewa, Antusiasme Masyarakat di Hari Terakhir Jakarta International Literary Festival
Sabtu (24/8), Bertempat di Taman Ismail Marzuki dengan tema Pagar, festival internasional terbesar di Jakarta ini menyuguhkan banyak event, workshop, dan exhibition.
Yang paling tenar tentunya pasar buku yang dapat kalian nikmati hingga satu minggu kedepan, exhibition karya dari pioneer penerbit buku pertama di Indonesia yaitu Balai Pustaka, dan workshop karya sastra yang dibagi dua di daerah indoor hall dan outdoor hall berupa peluncuran Seri Buku Karya Empat Penulis Muda oleh penerbit Lontar di indoor hall, sementara di outdoor berupa pembahasan mengenai Literatur Makanan atau Makanan yang terdapat dalam karya sastra.
Workshop berlangsung pukul 16.00 hingga 17.35 , membahas mengenai peluncuran buku oleh beberapa penulis muda dibawah naungan yayasan Lontar. Penerbitan karya penulis muda ini berada dalam satu event yang disebut BTW Books yaitu buku yang dibuat dalam trilingual (Indonesia, Inggris, dan Jerman), untuk edisi kali ini telah memasuki seri kedua yang akan diikutsertakan dalam London Book Fair 2019.
Inilah Alasannya Kenapa Sering Membaca Buku Membuat Anda Lebih Bahagia
Dalam acara peluncuran buku ini menampilkan empat penulis serta karya mereka: Dea Anugrah dengan kumpulan cerpen Sad Stories of Today, Ni Made Purnama Sari dengan kumpulan puisi Two Postmen and Other Poems, Heru Joni Putra dengan kumpulan puisi The Mystical Path of Badrul Mustafa, dan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dengan buku All the Fish in the Sky. Tidak hanya membicarakan karya mereka, mereka juga akan membahas mengenai situasi kesusastraan Indonesia dan Dunia saat ini.
Pertunjukan teater dari teater koma dengan lakon “Asam di Gunung, Garam di Laut” yang bercerita tentang hidangan tradisional Jawa yang menginisiasi perjanjian Giyanti, tetapi sebelumnya diawali oleh pembacaan karya dari beberapa sastrawan dan penyair yang diundang di acara ini yaitu Momtaza Mehri (Inggris-Somalia), Intan Paramaditha (Indonesia), dan Legodile Seganabeng (Botswana).
Author: Valdy
Editor: Fariz