Masih suka beranggapan cowok bukanlah pemilik warna pink? Hmmm, coba simak studi terbaru para ahli ini
Mungkin ini fakta yang sulit dianggap benar karena ini jadi fakta yang dikupas pertama kalinya (di dunia!). Pada November 2016 lalu, lahir seorang bayi yang tak punya keterangan resmi gender alias alat kelaminnya.
Namanya Searyl Atli Doty, lahir di Kanada, dan Searyl kecil dinyatakan sebagai bayi ‘U’ – yang berarti ‘unknown’ alias tak diketahui, bukan ‘laki-laki’ atau ‘perempuan’. Nah, menurut ahli gender, Riki Wilchins, yang juga punya sekitar lima buku tentang gender menjelaskan ibu Searyl kecil sendiri diidentifikasi sebagai ‘non-binary’ alias di luar ‘pria’ dan ‘wanita’. Apakah ditengah-tengah kedua jenis kelamin itu? Tidak juga.
Seiring dengan fakta bahwa seorang bayi bisa lahir tanpa alat kelamin yang jelas, akhirnya muncul pertanyaan “Kenapa warna biru untuk anak laki-laki dan merah muda untuk anak perempuan?”
Aslinya memang bukan begitu. Warna pink dan biru bukanlah penanda cowok dan cewek sebelum masa Perang Dunia I. Demikian uraian Wilchins.
Lalu?
Berabad-abad sebelum masa perang hebat itu, semua bayi dipakaikan baju warna putih, yang memudahkan untuk mengganti popok dan kelihatan kotor serta mudah dibersihkan.
Nah, baju untuk anak-anak berusia enam-tujuh tahun diperlakukan sebagai pakaian unisex alias bisa untuk cewek dan cowok. Ini untuk memudahkan para orangtua memakaikan pakaian tersebut ke semua bayi yang lahir.
Alasannya?
Lebih kepada alasan ekonomis. Lebih mudah dibeli dan sanggup dibeli dalam jumlah banyak sampai akhirnya muncul warna pastel di pertengahan tahun 1800-an.
Pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan
Segalanya berubah pada Juni 1918, saat Jurnal Ladies’ Home dipublikasikan dengan artikel yang mengklaim bahwa ‘aturan umum yang bisa diterima adalah warna pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan.’ Ya, pink untuk laki-laki dan biru untuk perempuan.
5 Gaya Cowok Maskulin di Tahun Baru 2017
Alasannya simpel: warna pink yang dianggap sejurus alias mirip dengan warna pink terlalu keras atau menyolok untuk cewek. Itulah kenapa akhirnya cewek diarahkan untuk memakai warna yang dekat dengan langit dan warna terang – bukan warna menyolok.
Hal ini makin ditegaskan pilihan para pemilik ritel pakaian masa itu.
Strategi penjualan
Bahkan pada 1927, sejumlah toko pakaian alias department store membuat iklan baju anak-anak cowok adalah pink dan baju anak cewek adalah biru.
Lalu kenapa berubah sebaliknya?
David Beckham santai dengan kupluk dan hoodie merah muda
Strategi pemasaran ritel mengubahnya pada 1940-an. Mereka memutuskan biru untuk cowok dan pink untuk cewek. Demikian Wilchins, seperti yang dilansir dari Reader’s Digest.
Serunya satu generasi berikutnya, gerakan kebebasan para wanita menggalakkan baju bayi uniseks sekali lagi seperti dulu. Dan ini terjadi hingga pertengahan 1980-an. Di masa ini ilmu medis mulai mengarahkan para orangtua untuk memperhatikan gender dari bayi mereka yang belum lahir (dari sikap dan prilaku sang ibu saat mengandung).
“Pada akhirnya apapun tentang gender adalah konstruksi dari budaya,” ujar Wilchins. Kebanyakan budaya dari negara-negara mencari cara membedakan cowok dan cewek. Semuanya kembali lagi ke bagaimana para orangtua menyikapinya.
Bagaimana menurut POPle?